Let Me Introduce Bogor, The Agro City...

"Dek, tau mall di sekitar sini ga?"
"Botani Square Bu, angkot ini lewat kok nanti."
"Oh saya kira itu toko tumbuhan gituu..."

Sepatah percakapan saya dengan ibu paruh baya di dalam angkot 08 merah sepulang sekolah. Jawaban ibu itu bikin saya pengen tepok jidat, ternyata mall yang berkonstruksi megah di kawasan strategis kota dan paling besar di Bogor itu justru dikira toko taneman -_-

Ya, itulah Bogor, Agro City of Indonesia. Sejak kuliah di PWK, yang mayoritas mahasiswanya berasal dari seluruh Indonesia, saya suka memperkenalkan Bogor as a Agro City. Kenapa agro? Kalo pariwisata? Udah diklaim sama mereka yang dari Lombok dan Bali. Metropolitan? Jakarta lah... Industri? Punyanya Bontang yang ada pabrik pupuk terbesar itu, lagian Kota Bogor sendiri punya industri apa coba yah -_-

Okay, this is my first post about Bogor, and let me introduce my beloved city...

Well, selain terkenal dengan pertaniannya, Bogor juga terkenal dengan julukan Kota Hujan dan Kota Angkot. Kota Hujan karena Bogor merupakan salah satu kota di Indonesia dengan curah hujan tinggi, yaitu sekitar 400 mm. Kota Angkot? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena jumlah angkutan umum perkotaan berwarna hijau ini melunjak. Bahkan banyak bercandaan orang Bogor kalo dulu Bogor hijaunya karena Kebun Raya Bogor dan pepohonan rindang sekitarnya, sekarang hijaunya malah karena angkot tersebut.

Balik lagi ke pertanian, Bogor identik dengan pertanian karena keberadaan institut pertaniannya. Bahkan Menteri Pertanian RI juga berasal dari Bogor, yang kebetulan beliau adalah ayah dari teman saya, Sarah Nabilah. Dosen-dosen di kelas juga kalo nanya tentang pertanian ke anak yang dari Bogor, mulai dari institutnya sampai ke mall yang disebut di awal post ini. 

Jika ditilik dari ilmu perencanaan kota, pembangunan sebuah kota dapat diorientasikan kepada julukan kota tersebut. Kota Pendidikan, sarana pendidikannya yang lebih dikembangkan, perpustakaan umumnya, taman untuk belajar, atau bahkan toko-toko yang berpartisipasi menerapkan adanya tarif pelajar. Kota Wisata jelas harus memaksimalkan potensi pariwisatanya. Contohnya Batu, Kota Wisata yang satu ini dengan serius mengklaim dirinya sebagai Kota Pariwisata. Hal ini terbukti dengan pembangunan tempat pariwisata yang pesat akhir-akhir ini: Secret Zoo, Jatim Park 2, Batu Night Spectacular, Alun-alun Kota Batu, dan mungkin masih banyak lagi proyek lainnya.

Bagaimana dengan Bogor? Kalo pembangunan kota ini serius diarahkan ke hal-hal berbau agro, seharusnya pemerintah lebih gencar membangun image tersebut, seperti Batu yang menurut saya sukses membangun image pariwisatanya. Sekarang mulai dari Alun-alun Kota Bogor aja deh, kondisinya? Ga keurus sama sekali. Harusnya alun-alun yang jadi pusat kota bisa menggambarkan kota itu. Akhir kata, semoga pembangunan kotaku tercinta terlaksana dengan baik. Salam Urban Planner!