3 Ingredients Oreo Balls (Unbaked)

Akhir-akhir ini saya lagi suka bikin kue, yang gampang-gampang aja sih. Nah, barusan saya bikin setoples oreo balls. Apa itu? Oreo balls itu semacem bola-bola coklat, tp biskuitnya ini kita ganti pake oreo. Enak & gampang banget! Jadi, yuk kita liat cara bikinnya :)

***

Bahan:
Oreo
Margarin, cairkan
Susu kental manis
Coklat batangan, lelehkan

***

Judulnya '3 ingredients' tapi kok aslinya 4? Itu saya tambahkan margarin di adonan supaya hasilnya lebih gurih dan oreonya gampang dibentuk :)

Nah, langkah pertama adalah pisahkan biskuit oreo dari krimnya. Mau berapa bungkus oreonya terserah sih. Oh iya notes untuk semua bahan yang saya sebutkan ini ukurannya dikira-kira aja yah, pake feeling, pake lidah diicipin udah pas belum ya :P tadi saya bikinnya jg pake kira-kira aja ukurannya hehe.

Sesudah dipisahkan, blender biskuit oreo, blender sampai jadi bubuk. Sementara, larutkan krim oreo dengan sedikit air panas, aduk dan hancurkan sampai bertekstur kental.

Masukan bubuk oreo ke dalam mangkok besar untuk kita buat jadi adonan. Tambahkan margarin cair, susu kental manis, dan krim oreo (yang tadi sudah dilarutkan) ke dalam mangkok. Aduk sampai rata hingga dapat dibentuk menjadi bola.


Yeay tahap 1 selesai! Tahap 2 adalah bagian yang paling seru: celup-celupin bola-bila tadi ke coklat cair! Notes lagi, di sini saya cuma memanfaatkan bahan yang ada, di rumah cuma ada coklat warna coklat, jadilah oreo balls saya polos begini aja. Kalo kalian punya warna lain pake aja, dekorasi sekreatif mungkin biar lucu.

Cara ngelelehin coklatnya gampang aja, ga perlu ditim segala pake manasin air di atas kompor dulu. Saya tadi cuma nge-microwave coklat sekitar 3 menit sampai leleh.

Dan..celup-celupin deh bola-bola tadi. Seru kan? :3 Nah sesudah dicelupin, taruh di atas loyang, setelah semua bola selesai dicelupkan, masukan loyang ke kulkas. Tunggu sampai beku.


Yeay tahap 2 selesai. Tinggal tahap 3 alias tahap akir: penataan. Letakan bola-bola tadi di atas paper cup, dan tata di dalam toples kue. Hias semau lo deh, dan oreo balls ready to be served, to be eaten, to be given as a gift for your lovely one :')

Trip to Korea: Hanbok Gratis

Gara-gara baca tulisannya Kak Fatin Liyana,
kita jadi tau tempat pake hanbok gratis, thanks kak!
Buat yang belum tau apa itu hanbok, hanbok adalah pakaian tradisional Korea,
ya yang kayak di bawah ini...


Penyewaan hanbok gratis ini terletak di Global Culture & Tourism Center
di daerah Myeongdong.
Gampang kok dicarinya, cari aja Forever 21 di Myeongdong, nah Global Culture & Tourism Center ini ya segedung sama Forever 21, di lantai atasnya gitu tapi lupa lantai berapa.


Jadi prosesnya gini, pertama kita harus daftar dulu terus baru tau disuruh balik jam berapa buat fotonya.
Waktu itu kita dateng siang sekitar jam 11, nah disuruh dateng lagi jam 15.30.
Nunggunya bisa jalan-jalan belanja di sekitar Myeongdong dulu deh, tapi kalo kita waktu itu waktu nunggunya dipake buat jalan-jalan ke Namsan Park yang ada N-Seoul Tower itu, lumayan cukup sih waktunya :D


Nanti kita harus udah siap beberapa menit sebelum waktu foto untuk pake hanboknya.
Ribet soalnya, tapi nanti dibantuin cece-cecenya kok.
Kita bisa pilih warna bajunya juga loh. Saya pilih warna biru supaya nyocokin kerudung aja sih :p


Nah, lagi-lagi nih jebakan untuk hal gratis.
Udah nunggu berjam-jam, pas giliran foto cuma dikasih waktu 10 menit!
Jadi manfaatkan waktu kalian baik-baik dalam 10 menit itu.
Keluarin deh semua jenis kamera, SLR, instax, kamera hp, maksimalkaannn!
Karena waktu itu kita berempat, jadi sementara spot fotonya dipake buat yang satu foto-foto pake SLR, kita yang lain nunggu sambil foto-foto di hp.
Tapi hasil fotonya bagus-bagus sih emang spot fotonya didesain untuk foto, lighting-nya pas banget.
Puas deh walaupun cuma 10 menit.


Nah ini di bawah bukan spot foto, pas sementara nunggu Zhara foto-foto pake hp dulu.


Kalo yang di bawah ini baru spot foto benerannya,
yang tadi kata saya lighting-nya bagus itu loh
Kita bisa pake properti macem-macem, ada kipas-kipasan,
ada...udah sih kipas-kipasan doang.


Beres deh. Selepas foto-foto, kita mau sholat dzuhur-ashar dijamak. Ini lagi-lagi ngikutin Kak Fathin, solat di gedung Global Culture & Tourism Center bagian sepi-sepinya. Beralaskan peta Seoul, tapi nggak bertelekung skirt Forever 21 :P


Yeay finish deh tulisan ngebut ini. Kalo ada yang mau nanya feel free to ask aja deh.
Sampai jumpa di next post!

Trip to Korea: Preparation

Gyeongbokgung Palace

Korea, akhir-akhir ini menjadi destinasi wisata yang sering dikunjungi. Perjalanan saya dengan beberapa teman saya, Eri, Zhara, dan Farras ke negeri boyband-girlband ini sudah direncanakan dari setahun yang lalu. Entah kenapa saat itu negara yang kami pilih adalah Korea, saya lupa. Di antara kami yang K-pop-ers hanya Zhara, saya sama sekali tidak mengerti dunia entertainment sana. Tetapi tetap ada beberapa hal yang saya kagum dari Korea yang membuat saya ingin melihat langsung negara ini:
  1. Promosi pariwisata yang gencar. Menurut saya sangat inovatif melakukan promosi pariwisata dengan bantuan dari sektor lain yang sama sekali ga nyambung sama sektor pariwisata, sektor hiburan dan kesehatan misalnya. Coba kunjungi visitkorea.or.kr, di bagian themed tours, terdapat paket wisata medical tourism, karena mereka tahu akan tersohornya plastic surgery mereka. Kemudian ada filming location tours, karena mereka tahu K-drama mereka memiliki banyak penggemar yang bermimpi pergi ke lokasi pemuatan film tersebut. Beberapa tahun lalu saat saya datang ke bandara Soekarno Hatta, terpampang iklan Visit Korea dengan ambassador-nya adalah girlband sana.
  2. Produk kosmetik mereka yang kemasannya lucu-lucu :'3 sebenarnya saya jarang membeli produk kosmetik Korea di sini, kemasannya memang lucu, tapi saya lebih percaya dengan produk asal Perancis atau Amerika hehehe. Tapi saya bertekad untuk belanja kosmetik sesampainya di Korea, terlebih setelah mendengar kata orang harganya memang lebih murah di Korea-nya.
Udah sih, dua itu aja alasan saya. Nanti dari dua alasan ini, saya akan membuat postingan berjudul The Truth dari ekspektasi saya akan dua hal di atas, dan beberapa truth lain mengenai Korea :)

Soal persiapan ke Korea, yang sudah dilakukan sejak dua tahun yang lalu adalah memesan pesawat dan hotel. Karena kami budget traveler, jadi kami menggunakan pesawat AirAsia dan menginap di hostel. Kami pergi 10 hari, yaitu 14-25 Agustus 2013. Berikut merupakan flight itinerary kami, harga yang kami dapatkan dari penerbangan ini adalah Rp4.052.000 dengan bagasi pulang 15 kg.


Kami menginap di tiga lokasi, Incheon, Seoul, dan Busan. Lho, kenapa di Incheon? Itu kan bandara?
Nah, jadi teman yang namanya Farras tadi, dia berangkat pakai Garuda Indonesia, beda satu hari penerbangannya, lebih awal saya, Eri, dan Zhara. Jadi kami bertiga menginap di Incheon dulu, lalu besoknya jemput Farras di Incheon Airport. Balik lagi ke hostel, tiga nama hostel yang kita inapkan adalah...
  1. Incheon Airport Gogo House (Incheon) --> Rp236.132/orang/malam
  2. Hongdae Family Housetel (Hongik Univ., Seoul) --> Rp199.927/orang/malam
  3. The Guesthouse (Haeundae, Busan) --> Rp203.436/orang/malam
Harga yang dicantumkan itu buat referensi aja, penginapan murah di sana sekitar segitu. Tempatnya udah enak banget, nyaman, strategis, free breakfast, ada mesin cuci, dapur, dan yang paling penting adalah bersih. Nanti lain kali saya post tentang penginapan di sini yang lengkap sama fotonya :D

Last but not least...visa. Kedutaan Besar Korea Selatan saat saya melakukan apply masih direnovasi, sehingga saya harus datang di tempat sementara di The Plaza Building (tersambung dengan Plaza Indonesia). Ternyata bukti keuangan tidak cukup hanya surat pajak, tetapi harus ada fotokopi tabungan. Padahal tulisannya adalah bukti keuangan pilih salah satu, jadilah saya tidak jadi apply hari itu. Ternyata proses pengajuan visa dapat diwakilkan, saya kira seketat pembuatan visa Schengen yang bahkan si pengaju harus datang. Saya pun mengajukan visa dengan menitip dokumen ke Zhara. Tidak ribet, begitu waktunya jadi, kita dapat menelepon kedutaan dulu untuk memastikan visanya dapat diambil hari itu atau tidak. Begitu visa kami diiyakan oleh kedutaan, rasanya semua persiapan terasa semakin matang! :)

Form Aplikasi Visa dan Nomor Antrian

Trip to Europa: Hoteles

Berbicara mengenai liburan ke Eropa, mungkin salah satu hal yang ditakuti adalah biaya penginapan yang mahal. Kenyataannya tidak begitu (mahal). Ya...memang sih jika dirata-ratakan harga hotel di sana memang lebih mahal dari negara-negara Asia. Semurah-murahnya penginapan di sana sekitar Rp300.000-Rp500.000 per malam. Tapi walaupun termasuk penginapan murah, fasilitasnya tetap termasuk 'mewah' untuk sekelas penginapan bintang satu-bintang tiga. Kebersihannya tidak usah ditanyakan lagi.
Saya menginap di berbagai tipe penginapan, bukan hotel saja. Jadi ada hostel, juga tempat tinggal (flat atau rumah) yang dijadikan penginapan. Langsung aja kita lihat cuplikannya..hahaha :p

Hotel Pension Theresia-Regina, Münich
Hotel ini katanya jadi tempat nginep pekerja yang lagi ada proyek di sekitar situ.
Tapi kamarnya lumayan kan? Ya..tidak jelek-jelek amat lah :P
Lokasi hotel ini berseberangan dengan Technische Universität München, karena saya waktu itu memang sedang ada kepentingan di sana. Cukup mudah untuk dicapai, hotel ini dekat dengan stasiun U-bahn (kereta bawah tanah) dan yang paling penting convenience store, Aldi.

Setiap penginapan murah, pasti ada jebakannya. Kali ini (dan biasanya sering jadi jebakan) adalah penginapan yang tidak ada liftnya. Jadi mau naik lantai 3 pakai tangga, geret-geret koper.
Kalo udah gini jangan ngomel, bayar murah kok minta penginapan yang sempurna.
Prinsipnya penginapan murah sih gitu, pasti ada apa-apanya kalo emang bagus. Entah ga ada liftnya, letaknya ga strategis, stafnya jutek, macem-macem deh. Tapi kita harus nerima itu, mau bagus semua ya ngineplah di hotel internasional bintang 5.

Ini dia yang ditunggu-tunggu..sarapannya hehe. Biar kata hotel murah tapi makanannya ga kalah sama hotel bagus kan. Makanan standar yang pasti disiapin untuk sarapan adalah berbagai jenis roti, berbagai macam daging, berbagai macam keju, berbagai macam rasa mentega, telur, selai, sereal, susu, yogurt, kopi, teh, dan orange juice.

Takut dagingnya ga halal karena ga ada tulisannya daging apa,
jadilah saya hanya makan dua jenis roti, keju, dan icip-icip beberapa macam rasa mentega,
tidak lupa segelas milk tea :3

Haus Idarblick, Wahlenau
Pengalaman menginap paling seru adalah di tempat tinggal yang dijadikan penginapan. Jadi kita bisa ngerasain tinggal di rumah asli sana, masak di dapurnya, jalan-jalan di sekitar rumah, dll.

Haus Idarblick adalah contoh tempat tinggal yang dijadikan penginapan. Wahlenau sendiri adalah nama daerah di dekat Frankfurt Hahn Airport. Sesampainya di bandara, kami langsung dijemput kakek pemilik rumah itu naik mobil. Kakeknya ramah, di rumah istrinya sudah menyiapkan kamar buat kami. Menangnya penginapan sejenis ini adalah pelayanannya yang sangat kekeluargaan.

Ruang santai, di sini kita bebas nonton tv, baca buku, atau bikin minum.
Anggap saja rumah sendiri~

Toilet, lengkap dengan peralatan mandi dan mesin cuci.

Subuh kami harus segera check out dari Haus Idarblick.
Kami harus terbang pagi hari dengan Ryan Air ke Milan.
Sedih rasanya tidak sempat jalan-jalan di sekitar situ :(

Confortel Pio XXI, Madrid
Kalo yang ini sih hotel beneran. Kebetulan saya nemu hotel bintang 5 ini dengan harga sekitar 500.000 melalui situs Agoda. Jaringannya termasuk luas, terdapat di beberapa kota di Eropa.
Yaa lumayan lah, sedikit jauh dari stasiun metro tapi :(
Oh iya, waktu saya menginap di sini, keesokan paginya saya se-lift dengan ibu-ibu orang Indonesia :')

Rumah Bude Nanik, Den Haag
Makin ke sini makin melenceng dari judul hehe.
Kalo yang ini rumah saudara saya di Den Haag. Foto di atas adalah kamarnya Mbak Fahma.
Kamarnya model kamar loteng gitu, kamar impian beberapa anak di Indonesia.
Di kita saking lahannya masih luas jadi ruang seperti loteng malah tidak dipakai ya? :')

Capek ngetik :p
Sekian tentang penginapan di Eropa yah.
See you on the next post! :3

Trip to Europa: Indonesian Things in the Middle of Europe

Sempat saya berpikir, di tempat yang jauh dari Indonesia, di negara empat musim yang karakteristiknya udah beda banget sama Indonesia, ternyata masih ada hal-hal berbau Indonesia di sana. Kalo di Eropa jelas di Belanda yang banyak Indonesian things-nya.
Loh? Kenapa? Anak SD juga tau kenapa :p
Let's check this out!

Kaas Stengels
Mungkin kalo kaas stengels bukan Indonesian things di Belanda, tapi justru sebaliknya, makanan Belanda yang ada di Indonesia. Kue ini identik dengan kue lebaran kalo di kita, penulisannya pun di lidah Indonesia jadi 'kastengels'. Jika dilihat dari bahasa aslinya, 'kaas' berarti keju, dan 'stengels' berarti stik. Jadi arti kata kaas stengels sebenarnya tidak lain dan tidak bukan adalah...cheese sticks! Bentuk asli dari sananya seperti gambar di bawah ini, yang kita makan pas lebaran itu versi udah menggendut ya stiknya?


NatGeo Netherlands,
with Indonesia as its Cover!
Seneng ga sih saat main ke toko buku di stasiun di negara orang, dan ketika liat suatu rak,
negara lo jadi cover dari suatu majalah :')
Lihat cover majalah NatGeo di kiri atas dari gambar ini. Gambar ini diambil ketika saya sedang ke toko buku di Stasiun Den Haag Hollands Spoor. Oh iya, 'spoor' dalam bahasa Jawa berarti kereta, tapi tulisannya 'sepur'. Sedangkan dalah bahasa Belanda-nya sendiri tidak terlalu jauh artinya, rel kereta. Selain spoor, bahasa Jawa lainnya yang sama seperti bahasa Belanda adalah 'klompen'. Mungkin kalian pernah lihat sepatu kayu khas Belanda yang ujungnya runcing? Dalam bahasa Belanda disebut 'klompen clogs'. Nah di bahasa Jawa, sendal kayu yang dipakai saat wudhu, yang kanan sama kirinya ga jelas, yang kadang suka licin kayak ada lumutnya, yang pas dipake jalan berisik banget terus jalannya jadi ga seimbang, itu disebutnya 'klompen'.


Seember Sambal Oelek
Entah keberadaan sambel oelek ini bertahan karena banyaknya orang Indonesia yang tinggal di sana, atau para meneer yang setelah ngejajah kita masih suka kangen sama sambel oelek?
Tapi yang pasti, sambel ini saya temukan di tempat makan kecil di dalam pasar, sama sekali tidak berbau Indonesia, baik makanannya maupun penjualnya. Jadi dapat dikatakan keberadaan sambel oelek ini di tempat makan sudah wajar, bukan hanya di restoran Indonesia saja.


ASEAN Studies Poster
Kali ini saya menemukan tulisan 'Indonesia' di Muenchen, Jerman, bukan Belanda lagi.
Poster tentang ASEAN ini memang sudah out of date, poster ini menginformasikan kursus bahasa negara-negara ASEAN.


Indonesische Moskee, Den Haag
Lagi-lagi di Belanda. Banyaknya orang Indonesia di Belanda menjadikan komunitas Indonesia di sana berjalan guyub, terutama di Den Haag. Terdapat ratusan orang Indonesia di kota ini. Bagi yang muslim, salah satu wadah silaturahmi untuk orang Indonesia adalah Masjid Indonesia di Den Haag. Mungkin bagi kalian yang backpacking ke Eropa dalam waktu yang cukup lama, dan kangen sama suasana Indonesia, ada baiknya mengunjungi masjid ini. Karena begitu masuk, suasananya sangat Indonesia :3
Bertukar pikiran dengan mereka mengenai menjalankan ibadah di negeri orang, sangat membuka pikiran. Mungkin di Indonesia kita malas untuk sholat di masjid, tapi bagi mereka ada suatu kebahagiaan kecil untuk dapat sholat di masjid.

(Source: url)

Indomie!
Oke, makanan ini... Indomie dapat didapatkan di Toko Asia yang ada di seluruh penjuru Eropa. Toko Asia yang banyak menjual produk Indonesia adalah di Belanda. Negara lain kebanyakan mengimpor produk dari Thailand. Btw meskipun di Belanda, kita kalah saing sama Thailand. Beras Asia yang dipakai di sana adalah beras dari Thailand, bahkan untuk keperluan orang Indonesia di sana membuat lemper, daun pisangnya adalah daun pisang impor dari Thailand...
Balik lagi ke Indomie. Indomie di sana harganya lebih mahal dari yang di Indonesia (wajar sih anggaplah itu biaya transportnya). Dan rasanya ga seenak di Indonesia, denger-denger sih karena bahan yang enak itu dikeluarin dari bungkusnya dulu karena termasuk bahan yang dilarang untuk diimpor.


Rendang Albert Heijn
Albert Heijn adalah minimarket seperti 7/11, jadi selain produk minimarket, dia juga menjual makanan langsung jadi. Banyak variasinya, dari sandwich sampai...rendang. Ya rendang dari Padang itu loh. Walaupun sedikit beda dari rendang aslinya, tapi salut...Minang sedunia!
(Source: url)

Walaupun ga terlalu Indonesia banget, tapi hal-hal kecil seperti itu pasti selalu bikin kangen negara kitaapalagi kalo lagi homesick :')

Trip to Europa: Best Meal on Sky

Award wining cuisine. Yap itulah yang dibanggakan oleh maskapai Emirates atas menu makanannya. Dan ternyata tagline itu benar adanya saudara-saudara. Awal April kemarin saya baru saja terbang dengan maskapai ini, dan tentu saja saya penasaran dengan tagline yang tertulis di buku menunya. It's like the best food I've ever eaten in the sky, and meals served on this flight are Halal! Penasaran sama menu makanan di Emirates? Let's check this out.


Oke ini sedikit melenceng dari judul, tapi Wi-Fi in the Sky ini keren banget! Jadi udah ga jaman lagi deh lost communication sama dunia luar pas lagi terbang. Bayar sih, tapi worth it lah kalo emang ada keperluan mendadak di tengah penerbangan yang cukup lama. Terjangkau juga, sekitar US$ 2 per 5 Mb-nya. Terus kenapa saya jadi kayak promosi? Oke lanjut...

Singapore-Dubai
Perjalanan dimulai dari Singapura, karena saya ingin mencoba A380, jenis pesawat terbesar di dunia :3
Bandara Soekarno Hatta belum bisa dilandasi raksasa besi ini :( Tapi berita bagusnya, belum lama ini Bandara Kuala Namu di Medan udah bisa dilandasi sama pesawat jenis ini ya? Wah, selamat! :)

Dinner
Appetiser: Beef pastrami with mixed salad
Main course: Pan fried snapper with saffron dill sauce, served with herbed mashed pottato
Dessert: Blueberry and chocolate cheesecake, cheese and biscuits
Beverages: Tea or coffee, chocolates

Available anytime
Any kind of drinks (juice, hot chocolate, milk, coffee, or tea)
Instant cup noodles


Bagi saya makanan itu ga ada yang ga enak. Makanan itu cuma dua, enak dan enak banget. Kalo saya bilang ga enak ya berarti udah kebangetan. Nah, kalo mashed potatoes ini sih...enak banget. Apalagi dilumurin saffron dill sauce kuning itu...

Dubai-Frankfurt
Setelah perjalanan Singapura-Dubai, saya transit di Dubai selama sekian jam, lupa. Pesawat A380 semakin terkesan spesial karena mendarat di Concourse A. Setelah transit beberapa jam, saya kembali memasuki pesawat untuk menuju Frankfurt (atau dalam bahasa Arabnya: Farankafurata :p) tapi bukan A380. Setibanya di pesawat penumpang langsung disuguhi cemilan-cemilan seperti di bawah ini. Saya lupa foto buku menunya jadi lupa nama-nama kerennya roti di bawah ini.


So this is the breakfast. Kali ini ga ada menu mashed potatoes tapi ada kentang jenis lain.



Frankfurt-Dubai
Dinner
Appetiser: Smoked turkey, served with a marinated potato salad and tomato wedge
Main course: Grilled chicken breast, served with a creamy red pepper sauce, accompanied by sauteed spinach and chunky mashed potatoes
Dessert: Pear and chocolate delice (a bartlett pear compote, topped with a moist chocolate fudge brownie, encased in a rich chocolate sauce), cheese and biscuits
Beverages: Tea or coffee, chocolates

Available anytime
Any kind of drinks (juice, hot chocolate, milk, coffee, or tea)


Kali ini yang bikin jatuh cinta sih ada tiga. Petama, pear and chocolate delice, perpaduan yang aneh dan baru saya denger, tapi inovasi ini enak banget...kapan-kapan cari resepnya deh. Kedua dan seperti biasa: mashed and marinated potatoes. Ketiga, smoked turkey. Oke kalo ini sih sebenernya bisa kita makan tiap hari tinggal beli di supermarket ya -_-

Dubai-Singapore
Dan akhirnya perjalanan terakhir dengan makanan-makanan enak ;)
Kali ini ga ada yang terlalu bikin jatuh cinta, dan lagi-lagi lupa foto buku menunya. Isinya cuma buah-buahan seger, omelette yang lupa isinya apa, roti, selai, orange juice, dan croissant hangat. 


Last one, sama ngga nyambungnya dengan judul seperti gambar pertama. Tapi menurut saya ini keren, the biggest tv in the air. Eh tapi masih ada tv yang lebih besar lagi...di first class-nya. Kalo pernah nonton Sex & The City 2 yang ke Abu Dhabi, pasti tau pesawat yang keren itu. Nah, first class-nya Emirates ya kayak gitu. Seat-nya udah kayak personal room, ada spa, ada bar, dan berbagai macam fasilitas wow lainnya.
Sampai cita-cita saya yang terkesan bodoh adalah: suatu saat bisa naik first class-nya Emirates ke Dubai, dan menginap di Burj Al-Arab, the one and only seven stars hotel in the world. Amin! ;)


Makassar-Jakarta
Nah kalo yang ini, menu makanan di pesawat kita tercinta... :')
Semoga maskapai kebanggaan Indonesia ini terus meningkatkan kualitasnya,
terutama kualitas makanannya :9




Trip to Europa: Albania, Negara Muslim di Eropa

Yeay kembali lagi ke tulisan Trip to Europa series!
Judulnya kayak saya pergi ke Albania aja yah -_-
Padahal maksudnya saya ketemu keluarga Albania di Jerman, tapi supaya menarik aja sih
jadi judulnya gitu hehehe. Tapi emang judul sama inti ceritanya ga nyambung kok saya akui.
Nah tapi ini ada sepenggal ceritanya, selamat menikmatiiii :')

Namanya Khadijah, nama yang bukan nama Eropa banget ya? Iya, memang ibu dari Khadijah ini adalah seorang Indonesia, sedangkan ayahnya adalah seorang Albania. Albania adalah salah satu negara di bagian tenggara benua Eropa. Dari ayah Khadijah, Om Abdullah, inilah saya baru mengetahui, ternyata di Eropa ada juga negara yang mayoritasnya Islam. Tidak percaya, saya pun googling dan menemukan fakta dari wikipedia, 58.79% penduduk Albania adalah muslim. Kata Tante Aisyah, istri Om Abdullah, kalau mau suami bule yang muslim, cari aja orang Albania :P

Keluarga Om Abdullah ini tinggal di Dortmund, beliau sendiri adalah imam masjid Dortmund. Saya dikenalkan ke mereka oleh Tante Sal, teman papa. Pada suatu hari saya dan papa saya dijamu makan di sebuah restoran Albania. Saat sebelumnya saya ke sana, kami pernah dijamu makan di restoran Maroko, katanya tiap menjamu harus coba makanan yang berbeda hihihi.

Suhu di luar entah 2 atau 8 derajat Celcius saya lupa,
Khadijah dan kakaknya, Asiah, pun mengenakan jaket tebal berbulu-bulu :3
Kami pun siap berangkat ke Aida Eiscafe. 

Asiah dan Khadijah

Lha ini adalah foto Tante Aisyah dan Om Abdullah, sayang sekali ga keliatan mukanya yah.
Mereka memesankan kita menu andalan dari restoran ini, entah namanya apa saja saya lupa,
tapi tenang, gambarnya ada kok di bawah ini, tingtingting :3

Ini cabe, mayonais, dan saus tomat (ga penting :p)

Nah! Ini dia minuman khasnya, yang warna hitam, ini adalah sari buah, tapi saya lupa buah apa.
Rasanya manis, enak sih, dan sehat juga (mungkin). Kalo kalian liat di belakangnya ada seperti selai strawberry, salah, itu adalah sambel yang dibawa Tante Sal, walaupun sudah lama tinggal di Jerman tapi kenapa lidah Indonesianya masih ada aja yah :')

Bentuknya seperti burger, tapi besar banget, dalemnya ada dagingnya.
Tapi sambel dan cabenya ga pedes, untung ada sambelnya Tante Sal :')

Ini adalah dessert-nya, semacem kue dilapisin gula, mirip kue apa gitu kalo di Indonesia,
rasanya familiar soalnya.
Ini kue enek tapi kalo lama-lama dimakan, nah makanya sebagai penyeimbangnya, harus diminum pake kopi pahit khas Albania.

Ini dia kopi khas Albania, ciri khasnya adalah bentuk teko kecil dengan ukiran dan ada peganannya itu lho. Uniknya lagi, tutup cangkirnya ada lambang bulan-bintang gitu. Cara minumnya adalah: tuang kopi dari teko kecil itu ke dalam cangkir (cangkirnya di balik teko ga keliatan), tuang dari ketinggian yang tinggi (saya lupa filosofinya apa). 

Beressss! Pulang deh kita, sebelumnya foto-foto dulu di depan Aida Eiscafe.

Sepulang makan-makan, shalat magrib berjamaah di rumah.

Ini pemandangan saat mau pulang setelah shalat magrib :')
Semoga suatu saat saya bisa pergi ngeliat Albania :')
Amin.
Bye!