Must Try Foods In These Countries :9


1. Pad Thai, Thailand
Tersedia di kaki lima pada malam hari, misalnya di area Khao San Road. Sejenis mie dengan banyak pilihan topping, dari telor hingga seafood. Harga sekitar 20-30 THB.

2. Roti Canai, Malaysia
Tersedia di banyak restoran di Malaysia, terutama restoran India. Konsep restoran yang menjual roti canai ini biasanya open kitchen, jadi kita bisa melihat si mas-mas Indianya ngelempar-lempar adonan roti canai ini. Kalo biasanya di Indonesia toppingnya manis-manis dari susu sampe coklat, di sini asin, mulai dari kuah kari, sampe kadang malah dikasih daging kambing. Harga untuk canai polos disiram kuah kari mulai 1 MYR.

3. Es Potong, Singapore
Tersedia di banyak kaki lima bersepedah dekat pusat perbelanjaan di Singapore, misalnya di depan stasiun Bugis atau di kawasan perbelanjaan Orchard Road. Banyak pilihan rasa, mulai dari coklat, raspberry, mint, sampai sweet corn. Rekomendasi saya adalah rasa sweet corn! Harga sangat terjangkau, 1 SGD dan anda bisa mendapatkan sepotong besar es krim dengan roti, wafer, atau cone.

Guten Appetit!

Ibu yang Tidak Mengakui Anaknya

Sungguh ini bukan tulisan tentang tragisnya kehidupan di zaman yang edan ini, tentang ibu yang dengan tega meletakkan bayinya—yang bahkan ari-arinya saja belum putus—di sebuah kotak sejajar dengan bak sampah di pinggir jalan. Tapi saya hanya ingin sharing cerita yang bisa dibilang lucu sewaktu di kereta Rabu kemarin.

Selasa lalu saya baru saja menginap di apartemen sepupu saya di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat. Setelah bosan dan puas jalan-jalan sekitaran situ barulah keesokan harinya saya memutuskan untuk kembali pulang ke Bogor. Perjalanan ke Bogor saya tempuh dengan menggunakan kereta komuter Jabodetabek yang nama kerennya sekarang tuh ‘Commuter Line’ (sebenarnya itu memang nama resminya sih bukan istilah keren doang -_-). Dan kejadian tersebut bermula di dalam kereta ini…

Di dalam gerbong khusus wanita itu, seorang satpam perempuan berbadan tegap memeriksa karcis para penumpang. Dia sangat tegas, terlihat dari tegurannya kepada penumpang yang tidak menaati peraturan.

“Ibu maaf barang belanjaannya bisa dinaikan ke atas? Karena memakan space gerbong, banyak orang yang ga kebagian tempat untuk berdiri.”

“Anak di atas 3 tahun harus membeli karcis sendiri ya, Bu. Bisa denda Rp20.000,00 loh jika melanggar, untuk sekarang silakan beli karcis lagi nanti pas turun.” Jelasnya berkali-kali sehingga banyak ibu-ibu yang berbisik-bisik setelah ia lewat. Saya yakin mereka bergunjing mengenai si satpam tersebut yang baru saja menegur dua orang ibu yang membawa anaknya tapi tidak disertai karcis.

Di seberang saya berdiri seorang ibu paruh baya bersama kedua anak lelakinya yang kelihatannya berumur 5 tahun atau sekitar kelas 2 SD. Sebenarnya saya tau dia adalah ibu dari kedua anak tersebut, namun ketika satpam mendekat, ibu itu berbalik badan membelakangi kedua anaknya.

“Ini anak siapa ya?” Teriak si satpam kepada ibu-ibu di sekitarnya. “Ibu, ini anak ibu?” Si satpam kembali bertanya namun pertanyaan lebih fokus ditunjukan kepada ibu paruh baya tadi.

“Hah, engga, bukan kok,” jawab si ibu mengelak bahwa kedua pria kecil tesebut bukan anaknya.

Saya pun bingung, bukannya anak-anak itu anak si ibu itu yah? Oh mungkin saya salah kira kali yah. Kata saya dalam hati. Tidak lama setelah muncul perhelatan kecil di dalam diri saya tadi, drama kecil-kecilan di gerbong 1 kereta commuter line tujuan Bogor ini pun berlanjut.

“Adek, ibunya yang mana dek?” Tanya si satpam langsung kepada kedua anak tersebut. Pertanyaan itu pun disambut polos keduanya dengan menunjuk si ibu paruh baya tadi.

“Ibu, katanya bukan anak ibu?” tanya si satpam dengan muka 'mampus lo ketangkep basah ha ha ha *evil laugh*'

“Ah engga kok, kata siapa? Saya tadi bilang iya kok…” jawabnya dengan super duper ngelesss. Saya aja yang dari jauh denger kok si ibu tadi jelas-jelas bilang anak itu bukan anaknya!

“Oh, saya tadi ga denger ibu bilang iya. Lain kali kalo gini lagi didenda Rp20.000,00 yah, Bu. Setelah turun silakan beli karcis lagi buat anaknya.”

Sumpah pengen ketawa, dan saya yakin semua yang menyaksikan adegan itu juga pada nahan ketawa. Saya yakin ibu itu dalam hati udah misuh-misuh ga tau pake bahasa apa yang pasti intinya, “anjirrr anak gue kenapa ga bisa diajak kerja sama banget sih???!!!” sambil nahan malu, tangan mengepal, dan ga berenti misuh dalem hati.

Wah, tapi congrats buat mbak-mbak satpam, tegas banget sebagai policy controller. Walaupun saya yakin 100% si ibu tadi pas turun ga akan beli dua karcis buat anaknya :D Tapi balik lagi, menurut anda, bagaimana sih seharusnya peraturan untuk anak di bawah 3 tahun tadi? Apakah masuk akal? Atau malah menyusahkan penumpang yang tidak mampu? Monggo dikomen…

Chao Phraya Express Boat

Public transport apa sih yang biasanya diincer kalo orang ke luar negri? Monorail? Underground? Atau berbagai jenis kereta canggih lainnya yang ngga ada di Indonesia? Well, minggu lalu saya berkesempatan mencoba alat transportasi tradisional di Bangkok, yaitu perahu yang menelusuri Sungai Chao Phraya.

Chao Phraya Express Boat

Bukan perahu asal lewat yang kita naiki di sini. Bukan perahu nelayan yang kita sekedar numpang kayak mau ke Karimun Jawa atau Sempu. Perahu di sini bener-bener perahu yang fungsinya ya emang buat transportasi, bukan pariwisata, bukan buat nelayan. Ada tiga belas titik terminal perahu ini, dari N1 sampe N 13. Tapi kok di papannya banyak angka yang diloncatin yah? -____-

Papan Jalur Boat

Saya sendiri naik boat ini dari terminal N13 yaitu Phra Arthit, dan akan menuju ke Wat Arun di terminal N8. Isinya penuhhh dengan bule, padahal loh boat-nya biasa aja bukan yang unik gimana gitu. Tapi emang karena tujuannya ke Wat Arun sih. Cukup dengan 15 THB atau sekitar 4500 IDR kita sudah dapat menikmati pemandangan di sepanjang Sungai Chao Phraya dengan menggunakan boat.

Menurut saya sih perjalanan dengan menggunakan boat ini patut untuk dicoba, selain karena harganya yang terjangkau, kapan lagi coba keliling kota naik perahu?

Loket Penjualan Tiket

Suasana dalam Boat

Botanical Garden???


Jadi ceritanya, setelah membeli tiket one day pass MRT seharga 8 S$, saya dan Galuh, teman saya, tidak mau rugi. Sebisa mungkin tiket itu kita manfaatkan sampai titik darah penghabisan, di mana kaki lecet jalan keliling satu negara dengan menggeret-geret koper karena belom check in hotel. Menurut info yang kami baca di website resmi MRT, tiket tersebut hanya dapat dibeli di stasiun Bugis. Jadilah sesampainya di Singapur, dari bandara Changi kami langsung meluncur ke Bugis.

Tiket pun sudah di tangan. Setelah muter-muter Bugis yang ternyata masih belom pada buka jam 10 pagi itu, perut kami memanggil-manggil untuk diisi. Tau makanan di Singapur mahal, kita udah bekel makanan duluan dari Indonesia. Well, cuma bawa brownies dan sari roti sih, tapi lumayan banget ngeganjel perut siang itu.

“Laper nih Gal, makan bekel yuk. Di mana tapi?”
“Eh! Apa kita ke botanical garden aja. Gue baca di internet itu gratis loh.”
“Wah lumayan, sambil ngadem duduk bawah pohon-pohon yah…”

Setelah percakapan itu, kami fix pergi ke botanical garden yang nama stasiunnya juga sama dengan nama tempat tersebut. Sumpah, kita berdua udah mikir botanical garden tuh kebon raya yang adem ijo, kebayang kan Kebon Raya Bogor? Nah, itu ekspektasi kita.

Sesampainya di sana… Realita berbanding terbalik dengan ekspektasi. Boro-boro ada pohon, gersang. Itu mah bukan kebon, cuma taman. Ada park bench, gazebo, kolam bebek, dan banyak bule ber-sunglass yang keliling sama baby stroller-nya.


Dateng-dateng kita cuma bisa bilang, “hah…” sambil melongo antara kecewa dan mikir… kita mau neduh di mana coba siang bolong panas begini??? Untungnya setelah jalan dikit ada gazebo, kami pun langsung lelarian ke situ pengen cepet-cepet duduk cape kepanasan.

Fyuhh… Cukup tau aja deh. Menurut saya sih tempat ini not recommended, apalagi kalo waktu perjalanan anda singkat. Ini sih cuma kitanya aja yang penasaran dan juga karena ga mau rugi tiket one day pass ha ha ha. Saya lebih merekomendasikan anda untuk pergi ke Bogor Botanical Garden! Promo kota sendiri nih? Haha tapi coba bedain foto tadi sama foto di bawah ini, adem bangettt pake triple ‘t’ dan sangat hijau kan??? B-)

 

Ke Luar Negeri Tiap Hari?


Desek-desekan di KRL Jabodetabek, nebeng omprengan dari depan gerbang tol Citeureup, dan lelarian nyegat bis adalah beberapa cerita dari keseharian para komuter. Mungkin jadi komuter yang bolak-balik Jakarta-Bogor bagi orang udah biasa, tapi jadi komuter yang bolak-baliknya bukan ke luar kota lagi tapi ke luar negeri? Saya sempet ngalamin itu, meski cuma tiga hari. Dan tiga hari tersebut cukup untuk nambahin cap di paspor saya.

Lagi-lagi nih yah, karena saya dan Galuh ga mau rugi orangnya, cape dikit asal murah, kita ngga nyari penginapan di Singapur, melainkan di Johor Bahru (JB). Dengan harga yang sama kita udah dapet hotel yang nyamannnn banget di JB, sedangkan kalo di Singapur cuma dapet kamar ala kadarnya. Jadilah selama tiga hari kita bolak-balik nyebrang Malaysia-Singapur. Berasa jadi anak gaul Woodlands Checkpoint dan Bangunan Sultan Iskandar, dua titik imigrasi di situ -_-

Awalnya kami ngira cuma turis yang cross border doang yang lewat situ, tapi ternyata banyak pekerja juga dan… pelajar. Pantes di parkiran bis di Woodlands Checkpoint ada panah nunjukin SBS, Causeway Link, Bas Pekerja, dan Bas Pelajar. Balik lagi ke pelajar komuter. Masih mending kalo yang bolak-balik pelajar SMP atau SMA, ini… seumuran TK dan SD! Sedeket-deketnya JB-Singapur tapi kasian juga ngeliat anak kecil umur lima taun lelarian berebut ngantri cap imigrasi mau berangkat sekolah. Ga kebayang paspornya ganti berapa minggu sekali, cuma berapa hari aja paspor saya udah keisi lebih dari dua halaman, gimana mereka. Atau mereka malah ga pake cap-capan paspor lagi yah?

Keluar dari konteks pelajar komuter. Tips saya sih kalo anda orang yang mau repot atau kurang kerjaan, mending cobain sensasi bolak-balik JB-Singapur. Lebih murah biaya akomodasi dan makan. Anda juga berkesempatan untuk mencicip jajanan di Johor yang murah dan sedapppp…

Promosi dikit boleh? Karena sebelumnya saya dikasih pinjem komputer gratis sama mas-mas yang punya hotel, kan waktu itu lagi jamannya keluar nilai semester 3 jadi harus stay online ngecek nilai. Dia kasih syarat nge-review hotelnya di Agoda, tapi saya tambahin juga deh promosinya di sini… Jadi saya menginap di sebuah hotel yang terletak di Danga Bay, JB. Letaknya strategisss banget di pusat bandar. Kalo mau ke Singapur tinggal naik bis sekali, mau ke Kranji, Orchard, Changi, sampe ke Sentosa juga ada. Kamarnya nyaman banget, pulang cape langsung nyalain AC. Laper tinggal turun ke bawah beli canai sama teh tarik, paginya juga free breakfast. Curious? Let’s google ‘Golden Leaf Hotel Johor Bahru’ and make a reservation! :)