All the God’s Forgiveness for Travel Receptionist in Surathani


Awalnya banyak senengnya emang, dari hari pertama kami jalan selalu ditemuin orang-orang baik. Mulai dari bos penjaga loker di USS yang ngegratisin kami yang harusnya kena denda, supir taksi di Bangkok yang rela nanyain alamat ke orang-orang, sampe Tante Nana, pemilik guest house yang ramah banget. Tapi ada juga beberapa scene dari perjalanan kami yang not that lucky, salah satunya yang paling tragis adalah…ditipu, oh no! *drama mode on*

Dikarenakan tiket pesawat Bangkok– Kuala Lumpur mahal, jadilah kami memutuskan untuk pergi ke Kuala Lumpur dengan menggunakan moda transportasi bis lintas negara. Sebenernya kami udah browsing, tapi PO bis yang online cuma ada merk apa gitu lupa, dan itu pun udah full booked. Modal spekulasi ‘pasti ada bis lain yang emang ga ada online booking’, kami pun nekat pergi padahal ga tau bis ke Kuala Lumpur ada atau engga.

Singkat cerita, karena terminal tipe A atau terminal yang melayani bis lintas negara, bus AKAP, dan bus AKDP *apa sihhh* itu letaknya jauh dari guesthouse kami, kami males juga ke sana dan nanya ke Nana untuk bis ke Kuala Lumpur. Ternyata dia ada catetan PO-nya beserta harganya! Alhamdulillah… tapi Nana ga tau perusahaannya apa, hmm oke deh. Toh kami udah tinggal enak, dipesenin via telefon dan dijemput langsung di guest house.

Lanjut cerita, setelah tiba waktu pulang, Sabtu sore kami dengan anteng duduk di depan guest house nungguin dijemput sambil makan masakan Thai yang dijual di warungnya Nana, disambi juga packing barang-barang yang baru aja dibeli di Chatucak tadi siangnya. Tidak lama kemudian, yang jemput pun dateng. Kami udah mikir dijemput langsung naik bisnya, eh taunya abangnya jemput naik Tuk Tuk (kendaraan tradisional Thailand sejenis bemo). Mulai deh mikir, ‘loh kok ga sesuai ekspektasi?’. Sepele juga sih, kami pun tetep ikut tanpa protes, dan diantar menuju ke tempat pemberhentian bis, masih dekat dengan guest house kami, hanya berbatas Sungai Chao Phraya.

Ketika kami turun, banyak bule di sana, lega juga sih, kalo diminatin bule kan berarti bukan abal-abal. Lalu, ternyata ada counter PO bisnya juga, tujuannya banyak, ada ke Phuket, Penang, sampai Kuala Lumpur. Lama menunggu sehingga bosan, saya dan teman saya pun iseng nguping pembicaraan bule di depan kami. Karena bulenya berbahasa Inggris, asik juga kita ngerti bahasa mereka, tapi mereka ga ngerti bahasa kita, bebas deh ngomongin itu bule di depan ha ha ha. Tidak lama kemudian bis pun datang sekitaran maghrib, kami bersama bule-bule lainnya berbondong-bondong masuk ke bus. Berasa aneh juga, sama-samajadi turis bareng bule, biasanya kan kita jadi tuan rumah dan mereka jadi turis di negara kita, atau mereka jadi tuan rumah, kita yang jadi turis di negara mereka.

Busnya tingkat, sempittt parah. Belakang kami duduklah bule yang cerewet, American sepertinya. Dia sebangku sama cowok asal Brazil, mereka pun ngobrol, terdengar cowo latin itu sedikit bosan mendengar si cewek ngoceh kaga berenti-berenti. Saya dan Galuh masih tetep menguping, dan makin semangat ketika si cewe mulai nyebut Indonesia!

“Have you ever traveled to Indonesia?”
“Nope”
“I heard the people is very kind”
“Yeah, are you going there?”
“No”
“Why?”

Gue lupa si cewe jawab apa, tapi intinya dia ga akan mau ke Indonesia karena masalah politik dan agama kalo ga salah. Usut punya usut, dia ternyata real traveler, ga pulang 9 bulan bokkk! Sangarr banget, jadi pas kerja nabung, terus cuti deh keliling dunia hmm. Bispun berjalan meninggalkan Bangkok, kami melambaikan tangan ke jendela sambil bilang, “Bye Bangkok…” eh si cewe bule itu ngikutin!!! Hhhh saya dan Galuh langsung saling melirik, mengerti apa yang masing-masing dari kami pikirkan haha. Malam semakin larut, makin menjauh dari Bangkok, suasana di luar jendela makin tidak menarik, kami pun tertidur.

***

Surpriseee! Keesokan paginya kami diturunkan di sebuah pool travel di Surathani, sebuah kota di selatan Thailand, sudah banyak muslim di sana, bahasanya pun bercampur Melayu karena berbatasan dengan Malaysia. Dengan mata masih setengah merem, saya dan Galuh turun dari bis, dan mendapati seorang cewe bule marah-marah sambil nurunin backpack-nya dari bagasi bis. Dengan muka pongo saya ngeliatin dia, Galuh pergi ke toilet, lalu tiba-tiba ada mas-mas dari travelnya nyuruh saya dan bule itu naik ke suatu mobil.

Kami–saya dan bule tadi–naik ke dalam mobil itu. Saya merasa tidak enak juga berada dalam satu mobil berdua dengan orang yang lagi kesel dan marah begitu. Serba salah, mau nanya kok kepo amat, mau diemin ya kok asa teu peduli teuing. Akhirnya saya pilih diam. Karena diam itu emas. Haha. Dia pun membuka percakapan, dengan muka lurus menatap ke depan.

“I hate it, someone unpack mybag!”
“How did you know?”
“The zipper, bla bla bla…”

Dan dia pun curcol, gue manggut-manggut aja. Toh mau bilang apa coba? Terus kami pun berkenalan, ternyata dia dari Jerman! Aihh. Tidak lama kemudian, Galuh pun datang dan mobil capcus ke… sebuah pool travel lagi. Oh no ini beneran dilempar-lempar banget ga sih!!! Di pool travel ini lah kita ditipu…

To be continued…

0 comments:

Post a Comment